Kontroversi Hak Cipta di Industri Musik Indonesia: AKSI vs VISI, Siapa yang Punya Kendali?

Perdebatan soal royalti dan hak cipta kembali memanas di Indonesia, terutama setelah perseteruan antara Agnez Mo dan Ari Bias mencuat ke publik. Kasus ini memicu reaksi beragam di kalangan musisi, memecah pandangan mereka menjadi dua kubu besar.

Dukungan untuk AKSI dan Penegakan Hak Cipta

Ari Bias mendapat dukungan dari AKSI (Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia), yang beranggotakan musisi besar seperti Piyu Padi, Ahmad Dhani, Keenan Nasution, dan Denny Chasmala. Mereka menegaskan bahwa izin adalah hal mutlak sebelum sebuah lagu dibawakan oleh siapa pun, termasuk penyanyi yang merekam lagu tersebut.

Menurut Piyu Padi, aturan ini sebenarnya sudah lama ada, tapi sering diabaikan. Kemenangan Ari Bias di pengadilan niaga dianggap sebagai momentum penting untuk menegakkan hak cipta dengan lebih ketat, memastikan pencipta lagu memiliki kontrol penuh atas karya mereka.

VISI: Menjaga Keseimbangan Hak Penyanyi dan Komposer

Di sisi lain, VISI (Voice of Indonesian Singers) yang digawangi penyanyi-penyanyi ternama seperti Armand Maulana, Ariel NOAH, Kunto Aji, dan BCL, berpendapat bahwa penyanyi dan pencipta lagu seharusnya saling bersinergi. Mereka khawatir penerapan aturan tanpa pedoman yang jelas justru akan menghambat industri musik yang mulai stabil.

Baca Juga  Makna dan Hikmah Ziarah Kubur dalam Islam: Pandangan UAH dan UAS

Armand Maulana menegaskan bahwa VISI hadir bukan untuk bersaing dengan AKSI, melainkan memberikan sudut pandang penyanyi kepada pemerintah. VISI ingin memastikan aturan yang diterapkan tidak membuat penyanyi takut membawakan lagu-lagu yang telah direkam dalam album mereka.

Perdebatan Soal Pembayaran Royalti

Melly Goeslaw turut menyuarakan pendapat, menyatakan bahwa seharusnya penyelenggara acara yang bertanggung jawab membayar royalti, bukan penyanyi. Pendapat ini didukung oleh Chandra Darusman, yang mengacu pada praktik di banyak negara di mana promotor atau event organizer (EO) lah yang menanggung biaya royalti.

Namun, kubu AKSI seperti Ahmad Dhani dan Piyu Padi tetap teguh pada pandangan mereka, menyatakan bahwa keputusan pengadilan harus dihormati.

Arah Masa Depan Regulasi Hak Cipta

Dengan revisi UU Hak Cipta masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2025, perdebatan ini masih akan terus bergulir. Meski berada di pihak yang berbeda, AKSI dan VISI memiliki tujuan yang sama: menjaga ekosistem musik Indonesia agar tetap sehat dan berkembang dengan baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *